Selasa, 13 Maret 2012

BAB 1 MANUSIA DAN KEBUDAYAAN

KEPRIBADIAN BANGSA TIMUR


ANGGARA PUDDYA PRADIPTA/ 50411879/ 1IA07


ARTIKEL :


Masihkah Bangsa Kita, Bangsa Timur?




Dewasa ini, tidak bisa dipungkiri bahwa nilai-nilai ketimuran yang seyogyanya menjadi ciri khas masyarakat Indonesia kini semakin luntur. Budaya malu, ramah, sungkan, toleran dan tidak mudah marah kini semakin jarang kita temukan ditengah-tengah kehidupan masyarakat. Terbukti, kini perilaku-perilaku yang tak mencerminkan budaya ketimuran justru sering terjadi. Misalnya, perilaku korupsi semakin marak terjadi baik ditingkat pusat maupun daerah. Tawuran antar warga seolah hal biasa, bahkan aksi anarkis yang tak jarang berakhir tragis dilakukan seolah tanpa rasa bersalah dan berdosa.


Masyarakat seolah amnesia akan budaya ketimuran yang dulu menjadi ciri khas masyarakat Indonesia dan dikagumi oleh masyarakat dunia. Masyarakat seolah hilang ingatan jika negeri ini dibangun atas dasar nilai-nilai dan adat ketimuran. Kini masyarakat justru lebih terlihat beringas, mudah tersulut amarah, jauh dari semangat toleransi dan bahkan bersatu untuk menganiaya sesama saudara seperti yang terjadi di Cikeusik, Banten.


Melihat problematika sosial-budaya diatas, ada satu pertanyaan besar yang muncul kepermukaan. Masihkan kita sebagai sebuah bangsa yang menjunjung tinggi nilai-nilai, adat dan budaya ketimuran. Masihkan kita menjadi sahabat dan saudara antar sesama masyarakat Indonesia. Jawabannya, ya. Kita masih sebagai bangsa yang menjunjung tinggi nilai, adat dan budaya ketimuran.


Ini bisa kita lihat dari semangat kebersamaan masyarakat Indonesia ketika membantu para korban bencana seperti banjir bandang di Wasior, tsunami di Mentawai dan terakhir erupsi Merapi di Yogyakarta.


Laksana satu tubuh, ketika anggota badan yang satu sakit maka anggota tubuh yang lain ikut merasakannya. Masyarakat Indonesia pun bersatu, membantu secara bersama tanpa melihat perbedaan. Secara kolektif maupun perorangan semua ikut membantu meringankan derita yang tengah dihadapi saudaranya. Banyak diantara mereka membantu baik secara materi seperti bantuan makanan, minuman, obat-obatan, maupun berupa bantuan tenaga seperti relawan. Bantuan tersebut sejatinya adalah buah nyata dari upaya merasakan “sakitnya” saudara.


Tanpa kenal pamrih mereka membantu para korban bencana. Tanpa mengenal agama, suku dan aliran mereka ikhlas sepenuh hati ikut membantu para pengungsi. Peluh keringat atas nama solidaritas mereka tunjukkan demi kemanusiaan dan persaudaraan. Semua bergerak, bekerja dan berusaha membantu sekuat tenaga.


Bahkan di Yogyakarta ketika musibah erupsi merapi terjadi, ada sebuah gerakan solidaritas bernama “gerakan 1000 nasi bungkus”. Tanpa merasa terbebani, masyarakat Yogyakarta serentak memberikan nasi bungkus untuk para pengungsi Merapi. Bahkan saking banyaknya yang turut serta, tidak sedikit dari nasi bungkus tersebut justru mubazir. Semua orang seakan menjelma menjadi satu. Bersatu untuk bekerjasama dan berotong royong dalam memberikan bantuan.


Dari gerakan solidaritas tersebut seharusnya kita bisa belajar banyak tentang arti hidup sebagai bangsa “Timur”. Yakni sebuah bangsa yang menjunjung tinggi kebersamaan dalam rangka menjadi masyarakat yang baik, bersatu dalam hal positif dan jauh dari konflik. Dengan hidup harmoni sebagai bangsa “Timur” masyarakat yang berbeda agama, suku atau pun aliran berubah menjadi satu yakni sebagai saudara. Saudara sesama warga masyarakat Indonesia. Bukan justru sebaliknya.


http://sosbud.kompasiana.com/2011/04/01/masihkah-bangsa-kita-bangsa-timur/


TEORI :




Di Bab pertama mata kuliah Ilmu Budaya Dasar tentang Manusia Kebudayaan saya memilih untuk membahas tentang Kepribadian Bangsa Timur yang menurut saya sangat menarik dan sesuai dengan realita kehidupan sehari-hari. Bangsa Timur lebih condong dikatakan adalah orang Asia, bangsa Timur memiliki kepribadian yang khas dan beda dari bangsa Barat, berikut ini diantaranya kepribadian yang menjadi kebanggaan bangsa Timur :

Hospitality

Sifat ramah dan hangat menjadi ciri khas budaya timur yang paling menonjol, Bangsa Asia dikenal pintar bersosialisasi karena sifatnya yang sangat peduli dan murah senyum, bahkan dengan orang lain sekalipun. Itu sebabnya industri pariwisata Asia terkesan full service dan lebih popular dibandingkan bangsa lain. Sehingga membuat turis menjadi merasa lebih diterima saat datang ke negara-negara Asia. “Orang Asia lebih peduli akan keadaan sekitarnya, dibandingkan orang Amerika dan Eropa yang hidupnya lebih individualis.” Menurut penelitian Universitas Michigan. Hal ini juga dibuktikan dalam sebuah kelas fotografi. Orang Asia lebih mementingkan background dibandingkan orang Amerika yang lebih memfokuskan pada objek fotonya. Karena sifat ramahnya itu membuat orang Asia menjadi kurang bisa berbicara. Orang Asia terdengar terbelit-belit dalam berbicara karena kebanyakan basa-basi, dibandingkan orang barat yang langsung ke intinya.



Hardworking

Karena rajin, orang-orang Asia terkenal sebagai pekerja keras. Mempunyai motto “Work to live, not live to work.” Inilah alasannya mengapa bangsa barat senang menjalin kerjasama dengan orang Asia. Mereka salut dengan etos kerja kita yang gigih dan pantang menyerah. Keberhasilan ekonomi China yang bisa menjadi ancaman untuk Negara maju lainnya. Mungkin karena semangat kerja ini yang membuat banyak orang Asia menempati posisi penting di dunia. Salah satu contohnya adalah Ibu Sri Mulyani yang pernah menjadi menteri keuangan Indonesia yang sekarang jadi Managing Director di World Bank.




Religius & Well-cultured

Asia juga terkenal karena keragaman ras dan kebudayaan. Tidak hanya menang kuantitas, hal utama yang menjadi pedoman hidup orang Asia adalah tradisi dan agama. Karena keterikatan dengan adat dan budaya menjadikan pembatas individu-individu Asia untuk mencapai potensi maksimalnya.



Respect for Elders

Orang Asia sangat menjunjung tinggi rasa hormat terhadap siapa pun, terutama dengan dengan orang yang lebih tua. Tidak hanya dari omongan maupun gaya bahasa, segala tindak-tanduk kelakuan kita sama orang lain pun harus sesuai norma kesopanan.


Diligent

Karena rajin dan disiplin, pelajar-pelajar Asia terkenal pintar untuk urusan akademik. Walaupun pendidikan Asia terkesan membosankan karena focus kepada teori. Namun hal tersebut tidak membuat pelajarnya mempunyai kendala untuk datang setiap hari maupun membuat pekerjaan rumah di rumah. Namun sayang, karena kurangnya praktek membuat pelajar Asia stereotype “hanya” jago teori.



Attached to Norms

Sebagai bangsa timur, kita dikenal amat menjunjung tinggi norma-norma. Kebanyakan orang Asia menganut budaya malu. Hal ini membuat orang Asia menjadi sungkan dalam segala hal. Mulai dari omongan, sikap dan tindakan sehari-hari, harus melewati pemikiran panjang. Tujuannya apalagi kalau bukan untuk menghindari penilaian negatif masyarakat
.



Strong family Ties

Keluarga merupakan hal yang paling penting dalam hidup orang-orang Asia. Tidak hanya dengan keluarga inti saja melainkan dengan keluarga jauh pun yang jarang bertemu ikatannya bisa sangat kuat. Keluarga menjadi faktor utama dalam hal mempertimbangkan banyak hal seperti urusan jodoh dan karir.


PENDAPAT :



Bangsa timur menurut saya sangat berbanding terbalik dengan bangsa barat mulai dari kepribadian, kebudayaan serta adat istiadat secara fisik pun sangat dapat dilihat perbedaannya. Kita sebagai bangsa timur semestinya harus berbangga dengan pandangan orang Barat akan kepribadian dan kebudayaan yang kita miliki, sering orang Barat yg berkunjung ke Indonesia saat ditanya mengatakan orang Indonesia sangat ramah. Alangkah baik pula bila kita dapat menjaga serta melestarikan kepribadian tersebut dengan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari terhadap semua orang, namun tidak bisa kita pungkiri juga kepribadian orang timur lama-kelamaan semakin berubah menjadi kurang baik terutama mengenai norma-norma dan rasa hormat kepada orang yang lebih tua. Kita sering menyaksikan di televisi setiap hari banyak berita tentang pembunuhan, pemerkosaan,kerusuhan yang sangat menentang norma-norma yang ada di masyarakat dalam bertutur kata pun orang timur yang terkenal lembut mulai sedikit berubah dengan munculnya banyak “bahasa gaul” yang tidak ada di kamus bahasa Indonesia, namun saya percaya di bangsa timur khususnya Indonesia masih sangat banyak orang baik yang sangat sopan menjaga norma-norma serta bertutur kata dengan baik . 

Satu lagi yang kita tidak bisa hindarkan adalah masuknya pengaruh bangsa barat ke bangsa timur yang juga mempengaruhi kepribadian seseorang terutama dalam hal gaya hidup, mereka adalah orang yang sangat kagum karna mereka menilai gaya hidup orang barat simpel dan tidak banyak aturan seperti di budaya timur, bagi kita sebaiknya bisa lebih menyaring lagi pengaruh yang masuk tersebut agar yang baik saja yang dapat kita ambil. Sebagai bangsa timur khususnya Indonesia kita harus lebih mengutamakan membangun jiwa masing masing agar menjadi kuat dan selalu menjunjung kepribadian dan kebudayaan bangsa kita yang sangat kita banggakan.

BANGUNLAH JIWANYA, BANGUNLAH BADANNYA, UNTUK INDONESIA RAYA!

0 komentar:

Posting Komentar